Tugas
3 : Kesehatan Mental
Nama
: Tri septiana
Kelas
: 2pa12
Npm
: 17512459
1. Hubungan interpersonal
Menurut
Pearson (1983) manusia adalah makhluk
sosial, artinya sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat menjalin hubungan
sendiri, kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain, mencoba untuk mengenali
dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi serta berusaha
mempertahankan interaksi tersebut. Hubungan interpersonal adalah hubungan yang
terdiri atas dua orang atau lebih yang memiliki ketergantungan satu sama lain
dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan
interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.jadi kita ketika berkomunikasi kita
tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
a. Model – model hubungan
interpersonal
Model hubungan
interpersonal menurut coleman dan hammen itu ada 4 macam :
1. Model
pertukaran sosial
·
Memandang hubungan interpersonal sebagai
suatu transaksi dagang
2. Model
peran
·
Menganggap hubungan interpersonal
sebagai panggung sandiwara
·
Setiap orang harus memainkan perannya
sesuai dengan naskah yang dibuat masyarakat
·
Hubungan interpersonal berkembang baik
apabila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peran, tuntutan
peran,memiliki keterampilan peran,dan terhindar dari konflik peranan dan
kerancuan peran
3. Model
permainan
·
Orang – orang berhubungan dalam bermacam
permainan
·
Yang mendasari permainan adalah tiga
kepribadian manusia yaitu : orang tua,orang dewasa, dan anak – anak
·
Kita menampilkan salah satu aspek
kepribadian kita (orang tua,orang dewasa,dan anak-anak), dan orang lain membalasnya
dengan salah satu aspek tersebut juga
4. Model
interaksional
·
Memandang hubungan interpersonal sebagai
suatu sistem
·
Semua sistem terdiri dari subsistem –
subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan
·
Hubungan interpersonal dapat dipandang
sebagai sistem dengan sifat – sifatnya
·
Setiap hubungan interpersonal harus
dilihat dari tujuan bersama,metode komunikasi ,ekspetasi dan pelaksanaan peran,
serta permainannya yang dilakukan
·
Menggabungkan model pertukaran, peran
dan permainan
b.
Memulai
hubungan
Dalam memulai
hubungan faktor daya tarik
1.
Situasional
Seseorang
tertarik kepada orang lain karena dilatarbelakangi oleh faktor situasional.
Kondisi situasi yang menyebabkan sesorang secara spesifik suka pada orang lain
yang terdiri atas :
2. Proximitas
Proximitas ini
menim,bulkan daya tarik karena kedekatan nyata atau fisik. Seperti orang suka
kepada orang lain karena dekat tempat tinggal, tempat kerja, dan tempat duduk.
3. interaksi
Jarak
fungsional menyebakan adanya kedekatan yang memungkinkan terjadi interaksi.
Dari proses interaksi yang berlangsung secara terus-menerus dapat menumbulkan
daya tarik antara satu orang kepada orang lain.
3.Keakraban
Saling
bertemu, sering melihat, dan kerap berbicara dapat menimbulkan kedekatan
psikologi. Dalam keakraban ini ada suatu efek yang dinamankan “The
mere exposure
effect”, yaitu meningkatnya rasa suka karena seringnya bertemu dengan
seseorang. Seperti memotret kenangan berulang-ulang sehingga menimbulkan rasa
suka.
c. Hubungan peran
Hubungan interpersonal
diartikan sebagai panggung sandiwara. Dimana setiap orang memainkan perannya
sesuai naskah yang dibuat oleh masyaraat. Hubungan akan dianggap baik bila bila
individu bertindak sesuai ekspetasi peran, tuntutan peran, memiliki
keterampilan dan terhindar dari konflik peran. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban,
tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah
desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan
peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
d. Intimasi dan hubungan pribadi
Intimasi ini tentunya
merupakan hubungan yang bersifat lebih personal. Hubungan interpersonal yang
didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan
hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali
tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim
ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu
hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal
yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan jangka waktu, dimana
keintiman akan tumbuh pada jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan
cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan individu di dalamnya
dalam jangka waktu yang lama telah banyak. Hubungan ini bersifat personal dan
terbebas dari hal-hal yang ritual. Intimacy dapat diartikan sebagai sebuah
proses berbagi antara dua orang yang sudah saling memahami sebebas mungkin
dalam pemikiran, perasaan dan tindakan (Masters, 1992) intimacy itu sendiri terjadi
melalui penerimaan, komitmen, kelembutan dan kepercayaan terhadap pasangan.
Oleh karena itulah hal ini mempengaruhi pertumbuhan mental seseorang. Hilangnya
Intimacy terjadi, juga karena respon yang tidak tepat terhadap rasa yang
menyertai sebuah hubungan, seperti sedih, gembira, puas, kecewa, rindu bahkan
bosan.
e. Intimasi dan pertumbuhan
Sullivan
(Prager,1995)mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian
seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian,Steinberg
(1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional
antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan
untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat
sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. teori model
atau model efek terbatas, Hovland mengatakan bahwa pesan komunikan efectif
dalam menyebarkan informasi, bukan dalam mengubah perilaku. Penelitian Cooper
dan Jahoda pun menunjukan bahwa persepsi selektif dapat mengurangi efektifitas
sebuah pesan.Contoh : seorang gadis berjalan lenggak-lenggok seperti pragawati
dan banyak pria terpana padanya sampai-sampai tak berkedip, itu merupakan pola
S – R. Proses ini merupakan bentuk pertukaran informasi yang dapat menimbulkan
efek untuk mengubah tindakan komunikasi (communication act). Model S – R
mengasumsikan bahwa perilaku individu karena kekuatan stimulus yang dating dari
luar dirinya, bukan atas dasar motif dan sikap yang dimiliki.
2. Cinta
dan perkawinan
Dalam teorinya, Robert Sternberg
(1986, 1988) mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat atau nafsu
(passion), keintiman (intimacy), dakomitmen/ keputusan (commitment/decision).
Dan Menurut Duvall % Miller (1985), pernikahan adalah hubungan
pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang
ditujukan untuk melegalkan hubungan seksual, melegitimasi membesarkan anak, dan membangun pembagian peran
diantara sesama pasangan
a.
Memilih
pasangan
Memilih
pasangan hidup yang baik adalah memilih individu yang bisa menerima keadaan
kita apaadanya.Memiliki sifat penyayang.
Wanita yang penuh rasa cinta akan memiliki banyak sifat kebaikan. Sehat secara fisik. Wanita yang sehat
akan mampu memikul beban rumah tangga dan menjalankan kewajiban sebagai istri
dan ibu yang baik. Memiliki ilmu agama
Islam yang baik. Seorang suami yang memiliki ilmu Islam yang baik akan
menyadari tanggung jawabnya pada keluarga, mengetahui cara memperlakukan istri,
mendidik anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah
tangga secara halal dan baik. Sholih
dan taat beribadah. Seorang suami adalah teladan dalam keluarga,
sehingga tindak tanduknya akan ‘menular’ pada istri dan anak-anaknya.
b.
Hubungan
dalam perkawinan
Hubungan
dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya.
Namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang tidak terjadi secara
mencolok dan tak memiliki patokan batas waktu yang pasti. Bisa jadi
antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda
saat menghadapi dan melalui tahapannya. Kalau tahap perkenalan merupakan sebuah pintu gerbang menuju ke tingkat
pacaran, maka tahap pernikahan merupakan puncak dari tingkat hubungan paling
akrab dan mulia yang akan dilakukan. Tahap pertama adalah Romantic
Love.
Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang
menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan
pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis
dan penuh cinta. Tahap kedua Dissapointment or Distress. Masih menurut
Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa
marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari
pasangannya. Tahap ketiga Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan
bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami
bagaimana posisi dan diri pasangannya.tahap ke empat Transformation.
Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati
pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi
pasangan Anda. Dan terakhir tahap kelima Real Love. “Anda berdua akan
kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan
kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan
pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk
saling memberikan perhatian satu sama lain.
c.
Penyusuain
& pertumbuhan dalam perkawinan
Keberhasilan
dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan
merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan.
Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana.
Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya
relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga
kedua pihak. Relasi
yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat.
Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu
ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti
ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis. Pada dasarnya,
diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan
diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang
berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.
d.
Perceraian dan pernikahan kembali
Pada
umumnya tentu setiap orang mengharapkan sebuah pernikahan yang diwarnai dengan cinta kasih dan kesetiaan,
serta langgeng, “sampai maut memisahkan kita.” Tpi dalam suatu hubungan pasti
akan menemukan masalah, bukan berarti orang yang telah menikah tidak bisa
berpisah, setiap hubungan mempunyai konflik tersendiri, jika salah satu dari
pasangan mencoba untuk memutuskan bercerai bukan berarti tidak bisa kembali
lagi karena mungkin hal tersebut keputusan yang sulit dan membinggungkan untuk
diambil. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin
pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka
ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Dan banyak faktor yang bisa membuat
pasangan suami istri itu ruujk kembali, karena mereka masih mempunyai rasa
sayang dan mempunyai anak yang masih kecil yang masih membutuhkan kedua orang
tua.
Esensi
dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang.
Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan
bersama. Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. Karena
bisa memperbaiki hubungan yang telah berakhir .
e.
Alternatif
selain pernikahan
Menyendiri
atau melajang ada banyak alasan mengapa seseorang tetap sendiri atau melajang. Yaitu
karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya,biaya hidup yang tinggi,
perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih
untuk tetap hidup melajang.
Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi
tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam
memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang
bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak
pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang
yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita
melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di
atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai
bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan
yang baik.
Alasan yang paling sering
dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya
dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan
burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta
ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika
mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih
karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu.
Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan.
Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang. Banyak pria dan
wanita menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih
mendapat prioritas utama. Dengan hidup melajang, mereka bisa lebih konsentrasi
dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah
diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke
luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah
menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun
menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika
belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa
senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka
bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain
itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak yang mengatakan seorang masih
melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang
sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur
hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang
tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya
berakhir dengan perceraian.
Lajang pun lebih mempunyai waktu
untuk dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan
hobi tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara
berwisata ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya terlihat lebih
muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia
sama dengannya, tetapi telah menikah.Ketika diundang ke pernikahan kerabat,
pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun datang, mereka berusaha untuk
berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang dan sesama pelajang. Hal ini
untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana dari kerabat yang seusia
dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul? Sudah ada calon?
Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk dijawab oleh
pelajang. Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan
jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah
mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi
kakak, agar kakak tidak berat jodoh.Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang
juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam
suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang
anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan
atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup
sebagai lajang.
Melajang adalah sebuah sebuah
pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan
mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang
telah cocok di hati. Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu
ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan.
Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta
menghabiskan waktu bersama di hari tua.
Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia
dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak
perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan
konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan
Indonesia untuk hidup sendiri
Sumber
:
eprints.undip.ac.id/10947/1/SKRIPSI.pdf
www.psikologi.org
www.psikologi.org
http://xiaolichen14.wordpress.com/2013/05/31/cinta-dan-perkawinan/