suatu hari seorang wanita yang menunggu kekasihnya, yang tak kunjung datang dan tak ada kabar. setiap hari wanita itu selalu memikirkan kekasihnya itu, melihat handphone dan mengirimkan pesan yang berisikan kata - kata cinta, berharap dibaca dan dibalas oleh kekasihnya namun terrnyata tak sesuai yang ia harapkan hanya ada tangisan, mata yang berkaca-kaca yang jatuh membasihi pipi indahnya dan memghilangkan senyum indahnya. dengan hati yang kalang kabut wanita itu terus berusaha membuat hatinya tenang dan memikirkan sosok pria tersebut, tapi ternyata sosok yang ia pikirkn itu malah sedang bersenang - senang dengan wanita lain tanpa memikirkan kekasihnya yang selalu memkirkan dia,hingga air matanya menetes untuk memikirkan dia. dan wanita tersebut merenung didepan jendela sambil melihat hujan yang turun seakan hujan pun tau dan menemani ia untuk menangis, sambil berkata "kenapa aku selalu dibuat menangis olehnya apakah ini namanya cinta?! terus kenapa aku didiamkan saja tanpa ada kata yang terucap dari bibirnya. apakah aku tak pantas untuk mendapatkan kasih sayang dari seseorang yang aku cintai. lalu apa semua ini yang kita jalani selama bertahun-tahun yang kita jalani penuh dengan rintangan yang aku pertahankan dan perjuangkan hati dan air mata ini apa ini belum cukup untuk membuktikan sayang untuknya,apakah kamu pernah berfikir rasa sakit ini yang dibuat olehmu, sampai kapan kau akan tau semua ini, apa ketika aku telah pergi dari dunia ini dan tak kan kembali lagi untuk selamanya baru kau akan menyadari ini semua. apa mungkin kau tak merasakan apa" karena aku tak berarti untukmu, hanya satu kata untuk mu, semua yang aku lakuin ini hanya untukmu calon imamku, dan ku berharap engkau menjadi pendampingku.
Jumat, 18 April 2014
Senin, 07 April 2014
Tugas Ke2 Kesehatan Mental
1.
Penyusuaian
diri dan Pertumbuhan
a.
Penyusuian
diri
Pengertian
penyesuaian diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal
lingkungan yang baru. penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi
individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan
dengan dunia individu. Menurut Schneiders (1964), pengertian penyesuaian diri
dapat ditiinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
- Penyesuaian sebagai adaptasi --- Menurut pandangan ini, penyesuaian diri cenderung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik, bukan penyesuaian dalam arti psikologis, sehingga ada kompleksitas kepribadian individu dengan lingkungan yang terabaikan.
- Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas --- Penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pengertian ini menyiratkan bahwa individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial maupun emosional. Menurut sudut pandang ini, individu selalu diarahkan kepada tuntutan konformitas dan diri individu akan terancam tertolak jika perilaku individu tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
- Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan --- Penyesuaian diri dipandang sebagai kemampuan untuk merencakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi, dengan kata lain penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam mengembangkan diri sehingga dorongan emosi dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah.
Berdasarkan tiga sudut pandang
tentang penyesuaian diri yang disebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup suatu
respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik
serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri
individu dengan tuntutan dari dunia luar atau lingkungan tempat individu berada
(Ali & Asrori, 2004).
Jadi dapat disimpulkan bahwa
penyesuaian diri adalah proses dinamik dalam interaksi individu dengan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan yang mencakup respon-respon mental dan
perilaku untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi,
konflik dan mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan
tuntutan dari luar diri individu.
Penyesuaian diri yang positif
Individu yang mampu melakukan
penyesuaian diri secara positif ditandai hal- hal sebagai berikut (Sunarto
& Hartono, 2006) :
- Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional
- Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis
- Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi
- Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri
- Mampu dalam belajar
- Menghargai pengalaman
- Bersikap realistik dan objektif.
Penyesuaian diri yang negatif
Kegagalan dalam melakukan
penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan
penyesuaian yang salah, yang ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang
serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan
sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah, yaitu
(Sunarto & Hartono, 2006):
- Reaksi Bertahan (Defence reaction), yaitu individu berusaha untuk memperthankan dirinya, seolah-olah tidak mengahadapi kegagalan dan selalu berusaha untuk menunjukkan dirinya tidak mengalami kegagalan dengan melakukan rasionalisasi, represi, proyeksi, dan sebagainya.
- Reaksi menyerang (Aggressive Reaction), yaitu menyerang untuk menutupi kesalahan dan tidak mau menyadari kegagalan, yang tampak dalam perilaku selalu membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, kera kepala dalam perbuatan, menggertak baik dengan ucapan dan perbuatan, menunjukkan sikap permusuhan secra terbuka, dan sebagainya.
- Reaksi Melarikan Diri, yaitu melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, yang tampak dalam perilaku berfantasi, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, regresi, dan sebagainya.
b.
Pertumbuhan personal
Definisi pertumbuhan personal ialah perubahan secara fisiologis
dari hasil proses sutau kematangan funsi-fungsi jasmani sebagai akibat dari
adannya pengaruh lingkungan. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses
berubahnnya keadaan jasmaniah (fisik) yang turun-menurun dalam bentuk proses
aktif yang berkesinambungan.
Ø penekanan pertumbuhan,penyusuaian
diri dan pertumbuhan
Manusia
merupakan makhluk individu.Kepribadian suatu individu tidak sertamerta
langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan
melalui proses yang panjang. Setiap langkah dalam proses pertumbuhan dari masa
bayi sampai masa dewasa harus menjadi kemajuan tertentu kearah kematangan tang
lebih besar dalam pikiran, emosi, sikap dan tingkah laku. Pelekatan (fiksasi)
pada setiap tingkat perkembangan bertentangan dengan penyesuaian
diri yang adekuat, misalnya menggigit kuku, menghisap jempol, ngompol, ledakan
amarah, atau membutuhkan sangat banyak kasih sayang dan perhatian. Perkembangan
diri disebabkan oleh realisasi kematangan yang terjadi secara tahap demi tahap.Dalam
proses pematangan, perkembangan situasi sistem nilai akan meliputi juga tujuan
jangka pendek dan jangka panjang yang menjadi inti dari integrasi dan tingkah
laku menyesuaikan diri. orang yang memiliki tujuan-tujuan yang ditetapkan
dengan baik bertindak secara terarah dan bertujuan, meskipun terkadang
terganggu oleh kehilangan arah, kebosanan, kekurangan minat dan dorongan. Faktor –
faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu:
Faktor genetik
·
Faktor keturunan — masa konsepsi
·
Bersifat
tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
·
Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis
kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa
keunikan psikologis seperti temperamen
·
Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi
dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
Faktor eksternal / lingkungan
·
Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi
sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi
bawaan
·
Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya
Dari semua faktor-faktor di
atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka
akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu,
maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan
sekitar.
a. Aliran asosiasi
perubahan terhadap seseorang secara
bertahap karena pengaruh dan pengalaman atau empiri (kenyataan) luar, melalui
panca indera yang menimbulkan sensasiton (perasaan) maupun pengalaman mengenai
keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflektion.
b. Psikologi gestalt
pertumbuhan adalah proses
perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu secara
keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
c. Aliran sosiologi
Pertumbuhan adalah proses
sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula asosial maupun sosial
kemudian tahap demi tahap disosialisasikan. Pertumbuhan individu sangat penting
untuk dijaga dari sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi individu yang baik dan
berguna untuk sesamanya.
Contoh : Saat seorang mahasiswa
mengalami masalah mengenai penurunan nilainya. Maka ia akan berusaha untuk
mengurangi beban pikirannya, misalnya dengan malakukan hobinya contohnya dengan
bermain bola.
Ø Variasi dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu
berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada
rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan
penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau
mungkin diluar dirinya.
Ø Kondisi – kondisi untuk
pertumbuhan
Kondisi
jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen
sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik
berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa
terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe
tempramen (Surya, 1977).
Ø Fenomenologi
pertumbuhan
Fenomenologi
pertumbuhan Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang
dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia
dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam
pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi
tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi
Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut
(kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33)
2.
Stress
Stres
adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada
peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan
oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stres
tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena
stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi
hasil. Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental
dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif
ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi
stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang
dihadapinya.
Ø Arti penting stress
Stress
menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik
terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut
dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat
tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka
tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang
tersebut dapat mengalami stress. Respons atau tindakan ini termasuk respons
fisiologis dan psikologis.". pada awal
peradaban manusia stress menjadi mekanisme pertahanan hidup. Saat ini
stress justru menjadi penyebab berbagai rasa sakit dan penyakit dalam dunia
modern.stress dikatakan menjadi sebuah faktor penunjang untuk produksi suatu
penyakit tertentu, atau menjadi penyebab respon prilaku negatif, seprti :
merokok, minum alkohol dan penyalah gunaan narkoba yang semuanya dapat membuat
kita rentan terhadap penyakit. Hal buruk dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh,
sehingga menyebabkan tubuh kita menjadi kurang tahan terhadap sejumlah masalah
kesehatan
Ø Tipe – tipe stress
psikologis
Menurut Maramis (1990) ada
empat tipe stress psikologis, yaitu:
- Frustasi
Frustasi muncul karena adanya
kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami
kegagalan dalam pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun
jabatan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa
rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan
atau frustasi.
Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat
badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana
alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran,
perselingkuhan, dan lain-lain.
- Konflik
Konflik ditimbulkan karena
ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan.
Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang
tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan
menjadi tiga bagian : approach-approach conflict, approach-avoidant
conflict, avoidant-avoidant conflict.
- Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari
dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga
menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri
individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan
yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan
semua kemauannya, dan lain-lain.
- Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan
kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak
terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya
seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan
kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya
marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.
Ø Symptom-Reducing Responses terhadap stress
Kehidupan akan terus berjalan
seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan
terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu
memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya
masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme
pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk
dijadiakan strategi saat menghadapi stress:
1. Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu
untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin
serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang
mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang
menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut
akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
2. Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang
tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki
nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia
miliki sangatlah memuaskan.
3. Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan
orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan
serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan
pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat
upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan
menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang
peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan
yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima
oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang
disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
5. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan
sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan
diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada
rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata
temannyalah yang tidak menyukainya.
6. Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya
sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang
pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7. Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau
mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk
ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8. Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang
tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan
dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja
melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
- Supresi
Supresi
yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu
tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan
berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”
- Denial
Denial
adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi
pantangannya.
- Regresi
Regresi
adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi,
ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang
digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
- Fantasi
Fantasi
adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan
berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak
memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi
dirinya dengan orang yang ia cintai.
- Negativisme
Adalah perilaku
seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan
perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya
dengan bolos sekolah.
- Sikap mengkritik orang lain
Bentuk
pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku
ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan
yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat
berlangsung.
Ø Pendekatan
“problem solving” terhadap stress
Dalam Siswanto dijelaskan dalam
menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback,
tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres
kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat
yang sangat rumit sebagai feedback.
Tetapi jika teman-teman tahu tentang hipno-self,
teman-teman cukup menghipnotis diri sendiri dan melakukan sugesti untuk diri
sendiri, cara ini lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita
sendiri. Dan jika teman-teman ingin melakukan hipno-self, utamanya adalah tempat harus nyama dan tenang, dan
teman-teman cukup membangkitkan apa yang menyebabkan teman-teman stres, cari
tahu gejalanya hingga akar dari masalah tersebut, kemudian berikan
sugesti-sugesti yang positif, Insya Allah
cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah
kepada Tuhan Semesta Alam).
Jika dari lingkungan, peran orang tua
dan sahabat sangat diperlukan agar kita bisa terhindar dari stress. Kita bisa
curhat mengenai permasalahan yang sedang kita hadapi.
Sumber
:
1juli1991.blogspot.com/2013/05/penyesuaian-diri-dan-pertumbuhan_10.html
Basuki,Heru.(2008).Psikologi Umum.Jakarta:Universitas
Gunadarma
http://shakina-matahari.blogspot.com/
Langganan:
Postingan (Atom)